Follow Us @soratemplates

Senin, 09 September 2019

Another Part II



Langit abu-abu hampir tak tersisa dilangit, namun genangan air dan aroma tanah basah masih saja tertinggal.

“Hari ini kami akan mentraktir kalian makan di restoran seberang jalan.” Teriak seorang siswi yang berdiri didepan kelas, kemudian disusul sorakan gembira seisi kelas.

“Daebak! Itulah perbedaan anak orang kaya dan kita.” Seorang gadis berambut pendek sebahu memandang tak percaya. “Meskipun aku tak terlalu suka dengan Lee Hyera, tapi mari manfaatkan kesempatan yang ada.” Senggolnya pada gadis sebelah yang dari tadi hanya diam.

Gadis berambut hitam panjang gelombang itu melihat seorang pria muda yang berdiri di samping Hyera. Seorang pria muda dengan tubuh tinggi dan berkulit pucat. Sesekali mereka tersipu kala dengan kompak seisi kelas menggoda pasangan baru yang luar biasa serasi itu. Keduanya sama-sama berparas menawan, dan tentu saja mereka anak orang kaya.

Pria muda didepan sana mengetahui ada sebuah pandangan yang sangat mengganggunya. Pandangan mata kekecewaan dari seorang gadis yang berstatus sebagai sahabatnya. Jahat memang, dia mendapatkan pengakuan cinta mendadak dari sahabat kecilnya beberapa hari yang lalu. Dan kabar hubungannya dengan Hyera adalah jawaban dari pengakuan cinta itu.

Bukan berarti gadis yang duduk dengan tatapan dingin itu tidak menarik untuknya, bukan sama sekali. Dia pernah menyukainya saat dibangku kelas enam. Hanya sekedar menyukai, hanya perasaan yang terpendam kemudian terlupakan.

Gadis itu memutuskan untuk mengakhiri kontak mata dengannya, memilih untuk membereskan peralatan tulis yang berceceran diatas meja, memasukkannya kedalam tas birunya.

“Kau ikut kan?.” Yoona, gadis berambut pendek itu kembali memastikan. Beberapa hari belakangan sahabatnya memang terlihat menakutkan. Hawa dingin dan aura kegelapan seolah keluar dari pori-porinya. “Kau sedang bertengkar dengan Kim Taehyung?.” Tebaknya tepat sasaran. “Oh, dia datang.”

Indera pembau gadis itu menemukan aroma yang sangat dia kenal, aroma segar citrus yang selalu menguar dari tubuh Kim Taehyung, sahabat kecilnya. “Kau harus ikut.” Yoona melihat hawa mencekam diantara keduanya. Bukan untuk pertama kalinya melihat mereka bertengkar, namun kali ini terlihat berbeda. “Kau akan terlihat seperti seorang gadis yang ditolak dengan tingkahmu seperti ini.”

Sial memang kau Kim Taehyung! Batin gadis itu berteriak. Aktifitasnya seketika berhenti. Kepalanya mendongak jengah, ingin sekali melihat ekspresi congkak sahabatnya. Mungkin sekarang Kim Tahyung merasakan bagaimana menjadi pihak yang pantas menyakiti. Atau berbangga diri karena mampu menolak pengakuan cintanya.

Gadis bermata hitam dalam itu menarik senyumnya. “Memangnya bagaimana aku terlihat?.”

Yoona yang duduk disampingnya akhirnya berdiri, tidak baik melihat pertengkaran antara dua sahabat itu. Kim Taehyung  memutar matanya jengah, tangannya terlipat didepan dada. Seisi kelas melihat mereka berdua seperti sepasang kekasih yang hampir saja berpisah.

“Yak Shin Nara. Kau kira.” Kim Taehyung menarik nafasnya. Tidak baik mengolok seorang gadis yang baru patah hati, terlebih lagi Nara. Seisi kelas tahu bagaimana perubahan sikap Nara beberapa hari ini. Dari Nara yang selalu berisik dan pembuat ulah, tiba-tiba bersikap dingin dan menjadi diam. “Pokoknya kau harus ikut. Mungkin ini terakhir kalinya aku mau mengeluarkan uang untukmu.” Kata Taehyung lemah. Dia melihat sepasang mata itu sedikit terkejut, hingga hampir berkaca-kaca. Sampai akhirnya pandangan mata gadis itu teralih. Menyibukkan diri untuk kembali memberesi peralatan sekolahnya.

Gadis itu mencoba menahan tangisnya ditengah rasa menjijikkan untuk sikapnya sendiri. Ditambah lagi seluruh pandangan anak-anak lain untuknya. Mungkin kini memang dia terlihat seperti seorang gadis yang baru saja dicampakkan.

Kembali mendongak untuk melihat wajah Kim Taehyung, namun dengan ekspresi berbeda. Sebuah senyum paksaan yang berhasil dia ciptakan. “Kalau begitu bersiaplah untuk mengurangi uangmu ke cafe game.” Tantang Nara seolah dia akan memanfaatkan kesempatan menguras kantong Taehyung yang mustahil kering.

Ini adalah keputusan paling bodoh yang pernah dia buat. Seharusnya dia bilang saja tidak enak badan, atau kalau tidak jujur saja dengan seluruh kelas bahwa dia memang benar-benar gadis yang baru saja dicampakkan. Karena semua sikapnya terlampau bodoh dan menyakitkan sekarang. Hampir saja air matanya tumpah melihat sepasang kekasih baru didepan sana.

Ingin rasanya berputar arah, namun melihat bagaimana hal itu akan membuatnya terlihat membosankan karena bertingkah menjadi orang yang tersakiti. Langkahnya lemah, berkali-kali menarik nafas panjang. “Kau benar-benar menyukai Tehyung?.” Yoona bertanya hati-hati.

“Kau gila!.” Seketika Nara berteriak. Dadanya naik turun menahan marah. Dan merutuk mulutnya yang asal bicara. Sekarang mengakui kisah menyedihkan sudah tak mungkin lagi. Dia harus melanjutkan aktingnya yang tidak peduli dengan hubungan Taehyung dan Hyera. Semuanya bertambah rumit kini.

“Ya, kenapa kau berteriak padaku?.” Ucap Yoona masih kaget. “Memangnya apa salahnya menyukai Tahyung?. Dia punya seribu alasan untuk dicintai.”

Nara membenarkan perkataan Yoona, semua aspek yang diinginkan semua gadis terdapat dalam diri Taehyung. Seolah Tuhan meluangkan lebih banyak waktu untuk menciptakan seorang Kim Taehyung.

“Tapi kau sudah mengenalnya lama, mungkin kau tahu keburukannya juga.” Lanjut Yoona.

Walaupun terkadang Kim Taehyung menyebalkan dan selalu membuat tingkah aneh, namun semuanya memberi warna pada perasaan Nara. Semuanya sudah paket sempurna.

Gadis berambut panjang bergelombang itu sejenak berhenti, melihat pantulan dirinya dalam genangan air. Bibirnya tertarik, terlihat sekali seorang gadis yang berusaha baik-baik saja setelah dicampakkan. Konyol sekali melihat ekspresi semacam itu hanya karena cinta. Terdengar menjijikkan, namun hatinya benar-benar sakit.

“JEON!!.”

Gadis itu menaikkan pandangannya, melihat diseberang sana sepasang pemuda sedang berpelukan.

“Wah. Kenapa dunia seperti ini?.” Nara menggeleng. Kenapa ada sepasang pria tampan saling meluapkan perasaan seperti itu. Satunya terlihat lemah dengan wajah pucat dan satunya terlihat cemas. “Andai saja satu diantara mereka mau jadi kekasihku, itu akan lebih baik.” Karena mungkin dia akan melupakan perasaan memalukan karena dicampakkan Kim Taehyung.

“Yak Shin Nara! Cepatlah!.”

Gadis itu melihat gerombolannya yang sudah diseberang jalan. Membuatnya menggerutu lantas kembali berjalan. Tak butuh lama agar sampai direstoran ayam yang dijanjikan Hyera. Sebuah restoran ayam lumayan besar yang selalu padat pengunjung, tentu saja anak-anak dari sekolahnya yang sering menghabiskan waktunya untuk sekedar ngobrol bersama.

Yoona mengangkat tangannya, lantas menepuk kursi tepat disampingnya. Dengan perasaan malas gadis itu duduk disana, matanya hati-hati berputar mencari Taehyung diantara padatnya restoran. Dan sedikit terkejut saat Taehyung juga melihatnya.

“Apa?.” Kata gadis itu tanpa suara. Merutuk karena terlihat bodoh didepan Taehyung. Lantas memilih merogoh saku, mengambil ponselnya. Melakukan apa saja agar waktu tak terasa lebih lama.

“Shin Nara!.” Baru saja gadis itu membuka layar, seseorang memanggilnya. Matanya menemukan seorang pria diusia duapuluhan berdiri diambang pintu. Celana rumah sakit, jaket abu-abu, dengan sebuah buku ditangannya. “SHIN NARA.” Ulangnya berteriak. Seluruh isi restoran itu terkejut, kompak melihat Nara yang sama terkejutnya.

Terlebih Kim Taehyung yang memutar otaknya mengingat siapa pria yang berpenampilan lusuh itu. Pria disana masih memutar pandangannya pada seluruh isi restaurant.

“Jungkook!.” Satu pria lagi datang dan berusaha menarik pria berkulit pucat itu untuk keluar. Nara ingat mereka berdua adalah dua pria yang dia lihat tadi. Tapi yang menjadi pertanyaan kenapa pria berpakaian rumah sakit itu mengenalnya?.

Nara tertarik kekenyataan saat Yoona mengguncang lengannya. Gadis itu berdiri dengan ragu, hingga pandangan sayu pria itu menemukannya. Nara hampir saja kehilangan nafas saat pria itu dengan sekuat tenaga menepis tangan pria berjas itu, lantas dengan langkah pasti berjalan kearahnya.

Hingga mata mereka bertemu, dan Nara sadari pria yang terlihat acak-acakan itu memiliki wajah yang rupawan. Garis rahang tegas, mata hitam dalam, kulit putih pucat bahkan bibir penuhnya yang tak berwarna. Hampir seperti orang bodoh, Nara tak sanggup menayakan siapakah gerangan pria tampan dihadapannya. Hal yang bisa dilakukan hanyalah mengingat apakah diotaknya terselip pria tampan berantakan itu.

Namun dalam hitungan detik, sistem kerja otak gadis itu benar-benar mengalami malfungsi. Ketika sebuah tenaga menarik tubuhnya hingga jatuh dalam tubuh besar pria tampan yang belum dia temukan dalam otaknya. Tangan pria itu merengkuhnya erat seolah jika sedikit longgar gadis itu bisa saja menghilang.

Keterkejutan nampaknya bukan hanya milik Shin Nara, seluruh yang menyaksikan ikut dibuat melongo melihat drama dadakan itu. Bahkan si pria utama dalam acara itu dengan spontan berdiri. Membuat Hyera kekasihnya memandangnya tak percaya. Bertanya bagaimana sebenarnya hubungan Kim Taehyung dan Shin Nara.

Nara benar-benar bisa gila saat ini juga. Bahkan untuk meminta tolong saja mulutnya tak terbuka. Tubuh pria itu menguarkan bau obat-obatan yang menyengat,  membuat isi perutnya teraduk hampir muntah.

Dengan kesadaran yang hampir saja menghilang, tangan Nara berusaha mendorong pria itu, hingga pelukannya melemah. “Akhirnya aku menemukanmu.” Seketika gadis muda itu menaikkan pandang, dengan kening yang berkerut kebingungan.

Belum cukup otaknya saja yang diserang, kini jantung gantung gadis itu ikut-ikutan kena serangan tatkala bibir pucat pria itu begitu saja menempel tepat dibibirnya. Menghantaran sengatan listrik yang siap membuat Nara mendadak mati ditempat.  

“Oh Shit!.”

“Daebak!.”

Restaurant tiba-tiba menjadi sebuah tontonan drama live. Lebih mendebarkan ketimbang ciuman panas settingan dilayar kaca. Dan dari semua jiwa yang menyaksikan, ada satu diantaranya yang siap memenggal kepala pria brengsek itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar